Rumah Alam Baka

Alkisah, tersebutlah seorang ibu kaya raya tinggal di rumah megah seperti istana.. Dengan kekayaannya yang berlimpah, ia bisa membeli apa saja dan tak kekurangan apa pun. Tapi, kendati pun harta dan uangnya berlimpah, ia sangat kikir dan tak pernah memikirkan orang lain. Pintu rumah dan pintu hatinya selalu tertutup untuk orang-orang yang datang minta bantuan atau sumbangan. Tak sepeser pun uangnya diberikan untuk membantu orang yang kekurangan atau untuk gerakan kemanusiaan.
Tahun berlalu. Kehidupan yang dijalaninya dengan hanya memikirkan diri sendiri memasuki hari senja. Kehidupan alam baka mulai menghantuinya secara perlahan.


Suatu malam, ia mimpi meninggal dunia. Arwahnya menuju ke alam baka dan sampai di tempat yang aneh tapi menakjubkan. Ia bingung, merasa tersesat dan tak tahu arah yang harus dituju. Ketika melihat malaikat, ia segera bertanya, “Apakah Anda bisa menunjukkan di mana rumah abadi saya? Saya baru saja tiba di sini sesudah perjalanan hidup yang panjang di dunia. Saya sangat lelah dan ingin lihat rumah yang akan saya tinggali untuk selamanya.”
“Mari, saya tunjukkan jalannya,” kata malaikat.
Ibu itu berjalan bersama malaikat melewati tempat-tempat yang sangat indah. Ia melihat istana megah, villa mewah, dan mansion indah. Tapi malaikat masih mengajaknya jalan terus sampai akhirnya masuk ke daerah kumuh. Ke mana pun mata memandang, yang terlihat hanya gubuk reyot dan rumah sangat sederhana. Malaikat itu lalu berhenti di depan sebuah gubuk rendah dan reyot. Lalu berkata kepada ibu tersebut, “Inilah rumah abadi Anda.”
Ibu kaya itu sangat kaget dan bertanya, “Mustahil! Tidak mungkin rumah saya seperti ini!” serunya. Ia memandangi gubuk itu dengan rasa tidak percaya.
“Di dunia saja Tuhan memberi saya mansion yang indah. Bagaimana mungkin rumah alam baka saya begitu buruk dan hina?” tanyanya.
“Rumah alam baka ibu dibangun dengan apa yang ibu kirimkan kepada kami di sini. Inilah rumah terbaik yang bisa kami bangun dari kiriman ibu,” jelas malaikat.
Ibu kaya itu terbangun dengan bercucuran keringat dingin. Sejak itu, ia memutuskan untuk berubah. Ia menyadari semua karunia yang diberikan Tuhan secara cuma-Cuma kepadanya. Menyadari betapa Tuhan Maha Rahim dan tidak memperhitungkan dosanya. Sebagai ungkapan syukur, ia mulai berbagi dan membantu orang-orang susah.

0 comments:

Post a Comment