“Njembaraken Kraton Dalem”

Ambrosius Suyanto, OFS (Ordo Fransiskan Sekulir) adalah seorang katolik yang mengikuti cara hidup Santo Fransiskus Asisi. Cara hidup yang dijalani adalah cara hidup yang ”religius”, namun tidak membiara. Beliau mulai ikut konggregasi OFS sejak tahun 1980-an.
Bapak Ambrosius Suyanto yang lebih dikenal dengan bapak Ambro adalah seorang mantan guru sejak 1 Januari 2008. Sebelumya, beliau adalah seorang guru sekaligus Kepala SD Jabungan selama empat setengah tahun, dan di SD Gedawang selama tiga setengah tahun. Bapak Ambro pernah menjadi guru pelajaran Agama Katolik di SMP N 21 Semarang, namun bukan sebagai guru tetap. Beliau menjadi guru sukarela berangkat dari keprihatinan yang disebabkan kurangnya guru pelajaran Agama Katolik.

Beliau menceritakan proses menjadi seorang guru. Dahulu Ambrosius muda tidak memiliki cita-cita untuk menjadi seorang guru. Setelah lulus SMP, ia mendapatkan tawaran dari Burder Fitus, FIC untuk masuk ke SGA (Sekolah Guru Agama), namun tidak mau karena dirasa kurang meyakinkan. Ia kemudian memutuskan untuk meneruskan pendidikannya di SMA 3, satu kelas dengan Suster Francine (organis di paroki Banyumanik). Karena peristiwa G30S/PKI, ia droup out ketika duduk di bangku kelas dua. Ambro muda kemudian melanjutkan pendidikan di SPM milik Rm.Yansen dan diarahkan untuk masuk ke SGA di Madiun. Setelah lulus dari SGA sekitar tahun 1969, ambrosius muda pulang ke Banyumanik dan bekerja di PT. Mega Rubber. Kemudian, ia ditawari untuk membantu mengajar di SD Banyumanik oleh Pak Suharno. Pada tahun tujuh puluhan, ia mengajar selama empat tahun tanpa dibayar. Ia menambah penghasilan dengan mencangkul ladang SD (sekarang SMA N 4). Pada tahun 1974, ia baru diangkat menjadi pegawai negeri.
Lebih banyak hal yang menyenangkan daripada pengalaman yang sedih, demikian pengalaman Bapak Ambro selama mengajar. Murid baru yang ada tiap tahun yang menandakan adanya calon generasi penerus.
Selain mengajar, Pak Ambro juga aktif dalam lingkungan gereja. Dahulu beliau ikut dalam kegiatan misdinar dan Pemuda Katolik. Sekarang, beliau menjadi seorang katekis bagi para calon baptis. Beliau melakukan semuanya karena menurutnya bisa ”Jembarake Kraton Dalem.”
Tokoh rohani yang menjadi panutan Bapak Ambro adalah Santo Fransiscus Asisi, dan Santo Ambrosius yang juga menjadi nama dari permandian Beliau. ”Deus ego amote!”- Tuhan aku mencintai, menjadi motto hidup. Aku dicintai Tuhan, bagaimana aku membalas.
Tahun 2009 adalah Tahun Kaum Muda. Bapak Ambro memiliki pandangan tentang kaum muda. Sekarang ini kaum muda dipandang negatif oleh para orang tua. Namun menurut beliau, kaum muda tidak bisa dikambing-hitamkan begitu saja. Hal tersebut terjadi karena memang 'alam'nya yang seperti itu. 'Alam' kaum muda dirasa sangat tidak kondusif, sehingga banyak yang tersesat jalannya. Orang tua tidak bisa langsung menghakimi, justru harus mampu mengarahkan anaknya untuk selalu melakukan hal-hal yang positif. Di sisi lain, kaum muda juga harus mau menerima nasihat-nasihat dari orang tua.
Bagaimana dengan kaum muda di Paroki Banyumanik? Beliau mengatakan bahwa, kaum muda di paroki kita sekarang memerlukan bimbingan. Perlu ada seorang moderator yang mampu mengarahkan dengan baik. Sebaiknya, moderator tersebut adalah seorang yang lebih tua dan peduli, karena dirasa lebih memiliki pengalaman. Kaum muda memang idealis, namun mereka juga perlu pengarah yang baik.
Pesan dari Bapak Ambro untuk kaum muda adalah, ”Ikutlah ambil bagian, jangan hanya menjadi penonton yang hanya bisa mengkritik !”, "Karena dengan ambil bagian dalam kegiatan, kaum muda Gereja bisa menjadi penerus yang baik dalam kehidupan menggereja. (Andre)

0 comments:

Post a Comment