Ekaristi Kaum Muda

“SPEAK UP”, SIMBOL KEBANGKITAN MUDIKA

Ibarat tanaman yang awalnya layu lalu kemudian diberi pupuk hingga menjadi segar kembali dan tumbuh subur bahkan mulai berbunga dan memberikan buah yang bermanfaat, seperti itu pulalah gambaran kaum muda Katholik di Paroki Santa Maria Fatima Banyumanik kita ini. Hal itu tampak jelas dalam Misa Minggu pagi yang diadakan pada tanggal 16 November 2008 lalu. Tidak seperti biasanya, pagi itu umat disambut oleh pemuda-pemudi dengan seragam batik dan berikat kepala putih yang bertuliskan “YOUNGSTER SPEAK UP”. Dengan tawa ceria yang menyiratkan gelora seorang mudika, mereka menyapa umat yang baru datang dan menawarkan ruang kosong untuk turut meramaikan dukungan tanda tangan pada selembar kain putih besar yang digelar diatas meja dan yang diatasnya terdapat tulisan bernada serupa dengan ikat kepala mereka.
Namun, seperti yang Romo Purnomo sampaikan dalam misa bahwa “pakai ikat-ikat kepala itu bukan sekedar karena ingin dilihat tetapi juga ingin memberi warna dalam gereja,” seperti itulah gambaran suara hati para mudika kita ini. Atas kesadaran bahwa keberadaan mereka adalah bagian dari umat yang juga bagian dari gereja, maka diadakanlah misa inovatif mudika dengan mengusung tema “YOUNGSTER SPEAK UP”.

Gagasan ini berawal dari ide para mudika yang tergabung dalam paguyuban FKMPB (Forum Komunikasi Mudika Paroki Banyumanik) dimana mereka ingin mengadakan suatu gebrakan yang mampu menumbuhkan semangat mudika atas kesadarannya terhadap keaktifan kaum muda demi eksistensi mudika di paroki tercinta kita ini. Akhirnya, dengan digawangi oleh Maximilianus Surya dari wilayah Andreas, sebagai ketua panitia, maka rencana tersebut diwujudkan bersama dengan segenap rekan-rekan yang membantu dari persiapan hingga misa dapat terlaksana dengan baik.
Sementara itu, ketua panitia menuturkan adanya harapan khusus dari tema yang mereka usung, “YOUNGSTER SPEAK UP, maksudnya adalah kaum muda yang berbicara. Tahun 2009 adalah tahun kaum muda, berarti sebagai kaum muda Katholik dan sebagai penerus bangsa, sudah saatnya kita untuk berbicara, baik dalam ide dan kreativitas. Tujuannya, mengajak kaum muda Katholik khususnya di Paroki Banyumanik untuk bersama-sama mendongkrak kreativitas dalam peran sertanya di gereja. Dan agar tidak ada lagi mudika yang malas ke gereja atau ikut serta dalam kegiatan gereja. ” katanya menjelaskan.
Hal itu pula yang coba diungkapkan Romo Purnomo sepanjang misa, bahkan di tengah khotbahnya, Romo sempat beberapa saat terdiam menahan haru saking prihatinnya pada kondisi kaum muda kita saat ini. Pada dasarnya, begitu banyak potensi kaum muda paroki yang bisa kita lihat, namun sangat sedikit yang turut ambil bagian dalam kegiatan gereja. Maka dengan misa yang bertajuk “YOUNGSTER SPEAK UP” ini, diharapkan kaum muda dapat mulai bangkit dan berani berbicara. “Apa yang bisa kaum muda berikan untuk gereja, untuk Tuhan, untuk umat, ketika kita masih mampu memberi makna, maka bicaralah!!!” begitu kata Romo.
Inspirasi itu tidak hanya tersirat dalam tema yang diusung, tetapi juga ada dalam ikat kepala yang digunakan untuk menyerukan kalimat “YOUNGSTER SPEAK UP”, dimana kain tersebut dibuat dari kain mori yang umumnya digunakan untuk mengkafani jenazah. Kain ini dapat menjadi tanda buat kita bahwa batasan hidup manusia yang akhir adalah kematian. Pada dasarnya, batasan bisa saja dipilih tanpa tulisan apa-apa yang juga tidak berarti apa pun, namun saat ini kaum muda memilih batasan itu dengan kata-kata “SPEAK UP” maka akhirnya jadi memiliki makna dan hidup baru ada gunanya bila batasan-batasan yang ada itu diisi dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa.
Namun sayangnya semangat itu tidak ikut ditampakkan ketika salah seorang perwakilan mudika, dipanggil Romo untuk maju ke depan. Hal itu juga dirasakan oleh Bpk. Pardi, salah seorang umat dari wilayah Vincentius, “Katanya speak up, tapi kok masih ngga berani ngomong? Selain itu juga masih kelihatan kurang tertib ketika persembahan. Tapi secara keseluruhan misanya bagus, yang koor juga bagus. Semoga semakin banyak kaum muda yang mulai bangkit dan berani speak up!” begitu pendapatnya.
Romo memang sempat memanggil dua orang untuk maju ke depan dan diminta menjelaskan berkaitan dengan ide inovatif misa mudika ini, tapi mungkin karena grogi maka keduanya kurang berani speak up dihadapan umat. Namun, diluar itu kita bisa melihat bagaimana kesungguhan kaum muda untuk bangkit dan mulai belajar berani speak up, aura itu begitu kental kita rasakan sepanjang misa. Mulai dari petugas koornya (mudika wil. Antonius), panitianya (FKMPB) ditambah lagi dengan adanya performance khusus crew FKMPB yang menampilkan duo Erwin dan Indri dalam lagu “Mengejar Matahari”. Kekompakan mereka juga terlihat ketika mengisi acara dalam koor “Laskar Pelangi” sebelum misa di mulai.
Kebangkitan semangat kaum muda tidak hanya disambut baik oleh gereja, tetapi juga segenap umat dan kaum muda itu sendiri. Dan harapan untuk semangat itu terus berkembang tidak hanya dirasakan oleh kaum muda yang menjalankannya saja, tetapi juga Paroki Santa Maria Fatima Banyumanik secara keseluruhan. Maka, marilah kita saling mendukung kebangkitan kaum muda kita ini, seperti pesan Romo bagi kaum muda, “Sikapi dengan komitmen sungguh-sungguh, buktikan bahwa anda bisa! Sebab kaum muda adalah masa depan gereja dan masa depan tidak dibangun nanti tapi sejak saat ini. Maka berarti kaum muda juga masa kini gereja, tanpa kaum muda gereja akan mati di masa depan.” (Rani, Monic)

0 comments:

Post a Comment